Tivoli Gardens, Permata Hiburan Abadi di Hati Kopenhagen

namatoko.it.com – Tivoli Gardens, atau sering disebut sekadar Tivoli, adalah salah satu ikon hiburan tertua di dunia yang terletak di pusat kota Kopenhagen, Denmark. Sebagai taman hiburan dan taman kenikmatan yang legendaris, Tivoli tidak hanya menawarkan petualangan seru melalui wahana-wahana mendebarkan, tetapi juga menjadi pusat budaya yang kaya akan sejarah dan seni. Dibuka pada 15 Agustus 1843, taman seluas sekitar 15 hektar ini menarik lebih dari 4,25 juta pengunjung pada tahun 2024 saja, menjadikannya taman hiburan paling ramai di Skandinavia dan kedua terpopuler di dunia setelah Europa-Park di Jerman. Berlokasi tepat di sebelah Stasiun Pusat Kopenhagen, Tivoli mudah diakses melalui kereta api, S-train, dan jalur metro, membuatnya menjadi destinasi wajib bagi wisatawan dan penduduk lokal.

Sejarah yang Menginspirasi

Cerita Tivoli dimulai dari visi Georg Carstensen, seorang pengusaha Denmark yang meyakinkan Raja Christian VIII untuk memberikan izin pendirian taman ini. Pada tahun 1843, Carstensen berargumen bahwa “ketika rakyat sedang bersenang-senang, mereka tidak memikirkan politik.” Raja pun memberikan sewa tahunan untuk lahan bekas benteng di luar gerbang barat kota. Awalnya bernama “Tivoli & Vauxhall”, nama itu terinspirasi dari Jardin de Tivoli di Paris dan Vauxhall Gardens di London. Hingga 1850-an, taman ini masih berada di luar kota dan hanya bisa diakses melalui gerbang Vesterport.

Sejak hari pertama, Tivoli menghadirkan nuansa eksotis dengan bangunan bergaya Oriental, teater, panggung musik, restoran, kafe, taman bunga, dan wahana mekanik sederhana seperti komidi putar dan kereta api pemandangan primitif. Saat malam hari, lampu berwarna menerangi taman, dan kembang api memantul di danau buatan yang merupakan sisa parit kota. Komposer Hans Christian Lumbye, yang dijuluki “Strauss-nya Utara”, menjabat sebagai direktur musik dari 1843 hingga 1872. Karyanya seperti Salute to the Ticket Holders of Tivoli dan Carnival Joys masih sering dimainkan oleh Tivoli Symphony Orchestra, yang kini menjadi Copenhagen Philharmonic Orchestra.

Selama Perang Dunia II, Tivoli mengalami masa sulit. Pada 1943, simpatisan Nazi membakar banyak bangunan, termasuk aula konser. Namun, taman cepat bangkit dengan struktur sementara. Pada Juni 1944, sabotase bom menghantam wahana ikonik seperti Rutschebanen untuk mematahkan moral rakyat Denmark di bawah pendudukan Nazi—tapi wahana itu direnovasi dan dibuka kembali hanya dalam 25 hari. Tivoli terus berevolusi, seperti yang pernah dikatakan Carstensen pada 1844: “Tivoli tidak akan pernah selesai, secara harfiah.” Kutipan ini bahkan menginspirasi Walt Disney dalam membangun Disneyland. Saat ini, Tivoli adalah taman hiburan kedua tertua yang masih beroperasi di dunia, setelah Dyrehavsbakken di Klampenborg, Denmark. Di bahasa Denmark, Islandia, Norwegia, dan Swedia, kata “tivoli” bahkan menjadi sinonim untuk taman hiburan mana pun.

Wahana dan Atraksi yang Tak Terlupakan

Dengan 25 atraksi utama, termasuk empat roller coaster dan dua wahana air, Tivoli menawarkan campuran adrenalin dan keajaiban untuk segala usia. Wahana paling ikonik adalah Rutschebanen (atau Bjergbanen, yang berarti “Roller Coaster Gunung”), roller coaster kayu yang dibangun pada 1914 oleh Valdemar Lebech. Dengan panjang trek 720 meter dan ketinggian 12 meter, wahana ini mencapai kecepatan 50 km/jam dan dioperasikan dengan rem untuk mengontrol kecepatan—salah satu roller coaster kayu tertua yang masih beroperasi di dunia.

Wahana modern lainnya termasuk:

  • Dæmonen (The Demon): Roller coaster baja tanpa lantai yang dibuka pada 2004, mencapai 77 km/jam dengan tiga inversi (loop, Immelmann loop, dan zero-G roll). Dari 2017 hingga 2020, wahana ini dilengkapi pengalaman realitas virtual yang mensimulasikan penerbangan melalui Tiongkok kuno.
  • Mælkevejen (The Milky Way): Roller coaster bertenaga yang dibuka pada 2019, cocok untuk anak-anak dengan kecepatan 36 km/jam.
  • Kamelen (The Camel Trail): Wahana baja untuk keluarga yang dibuka pada 2019, menggantikan wahana lama dengan tema gurun.

Selain roller coaster, pengunjung bisa menikmati Star Flyer (Himmelskibet), ayunan raksasa setinggi 80 meter yang menawarkan pemandangan panorama kota Kopenhagen; Fatamorgana, wahana hybrid Condor pertama di dunia yang dibuka pada 2016; atau Tik Tak, spinner yang berputar vertikal dan horizontal hingga 4G, bertema perjalanan waktu dan ruang. Untuk anak-anak, ada karusel hewan dari 1920, mobil-mobilan vintage dari 1959, dan menara jatuh mini seperti Panda dan Star Tower.

Atraksi unik lainnya meliputi Teater Pantomime bergaya Tiongkok yang menampilkan pertunjukan gratis berdasarkan Commedia dell’Arte, Akuarium Tivoli di bawah tanah, dan balon udara panas Montebello yang bisa membawa hingga 15 orang sejak 1891. Jangan lewatkan perahu naga yang bisa dikemudikan sendiri atau mobil bumper dari 1926.

Signifikansi Budaya dan Acara Spesial

Tivoli bukan sekadar taman hiburan; ia adalah jantung budaya Kopenhagen. Teater Pantomime, dibangun pada 1874, menampilkan pantomime Italia setiap hari dengan orkestra pit langsung, serta balet dan tari modern dari koreografer terkenal seperti August Bournonville. Tivoli Youth Guard, didirikan pada 1844, terdiri dari anak-anak berusia 8–16 tahun yang mengenakan seragam mirip Pengawal Kerajaan Denmark, tampil dalam konser, parade, dan tugas pengawalan.

Aula Konser Tivoli, yang dibangun ulang pada 1956 dan direnovasi pada 1985, menjadi tuan rumah konser musik klasik. Festival Tivoli dari Mei hingga September menampilkan lebih dari 50 acara, termasuk opera, simfoni, pop, rock, dan konser jazz selama Copenhagen Jazz Festival. Artis internasional seperti Sting, Beach Boys, dan Kanye West pernah tampil di sini, bersama bintang Denmark seperti TV-2 dan Hanne Boel. Acara musiman seperti Halloween Fest pada Oktober, liburan Natal pada Desember, dan kembang api Sabtu malam di musim panas (ditemani musik seperti The Barber of Seville oleh Rossini) menambah pesona magis.

Tivoli juga muncul dalam karya sastra seperti Number the Stars karya Lois Lowry dan film Reptilicus tahun 1961. Hotel Nimb di dalam taman dan Hotel Tivoli & Congress Centre di dekatnya menawarkan akomodasi mewah dengan desain artistik.

Pada 2024, Tivoli mencatat rekor pengunjung 4,25 juta orang, menunjukkan ketahanan pasca-pandemi. Meskipun tidak ada pengembangan besar yang dilaporkan hingga 2025, taman terus berinovasi dengan wahana baru dan acara berkelanjutan. Sebagai bagian dari Tivoli A/S di bawah manajer umum Susanne Mørch Koch sejak 2020, Tivoli tetap setia pada filosofi Carstensen: evolusi tanpa akhir.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *