namatoko.it.com – AirAsia, maskapai berbiaya rendah (low-cost carrier) asal Malaysia, telah menjadi pelopor dalam mendemokratisasi perjalanan udara di Asia dengan motto terkenalnya, “Now Everyone Can Fly.” Sejak didirikan pada 1993 dan diambil alih oleh Tony Fernandes pada 2001, AirAsia telah berkembang dari maskapai kecil dengan dua pesawat menjadi salah satu maskapai terbesar di Asia, mengangkut lebih dari 800 juta penumpang ke lebih dari 160 destinasi.
Sejarah dan Transformasi AirAsia
AirAsia didirikan pada 20 Desember 1993 oleh DRB-HICOM, sebuah konglomerasi milik pemerintah Malaysia, sebagai maskapai layanan penuh. Namun, maskapai ini menghadapi tantangan biaya operasional tinggi dan persaingan ketat. Pada 2001, Tony Fernandes dan Kamarudin Meranun mengakuisisi AirAsia yang sedang merugi dengan harga simbolis satu euro. Dengan visi menjadikan perjalanan udara terjangkau, mereka mengubah AirAsia menjadi maskapai berbiaya rendah, meluncurkan kembali operasinya pada 2002 dengan fokus pada efisiensi dan harga tiket murah.
Pada 2003, AirAsia membuka hub kedua di Bandara Internasional Senai, Johor Bahru, dan memulai penerbangan internasional ke Phuket, Thailand. Ekspansi cepat berlanjut dengan pendirian Thai AirAsia (2003), Indonesia AirAsia (2005), dan kemudian Philippines AirAsia serta AirAsia Cambodia, memperluas jaringan ke seluruh ASEAN dan destinasi di Asia, Australia, Afrika, dan Timur Tengah. AirAsia X, anak perusahaan untuk penerbangan jarak jauh, didirikan pada 2007 untuk melayani rute seperti Australia dan Eropa dengan tarif rendah.
Inovasi dan Layanan
AirAsia dikenal karena pendekatan inovatifnya dalam menekan biaya sambil meningkatkan pengalaman penumpang. Beberapa inovasi kunci meliputi:
-
Pemesanan Tanpa Tiket: Pada 2002, AirAsia menjadi maskapai pertama di Asia yang memperkenalkan pemesanan online tanpa tiket, diikuti dengan layanan pemesanan melalui SMS.
-
AirAsia MOVE: Platform digital ini (sebelumnya dikenal sebagai AirAsia Superapp) memungkinkan penumpang memesan penerbangan, hotel, transportasi darat, dan aktivitas wisata dalam satu aplikasi, bekerja sama dengan lebih dari 700 maskapai dan 900.000 hotel di seluruh dunia. Platform ini diakui sebagai “Asia’s Leading Online Travel Agency 2023” oleh World Travel Awards.
-
Teleport: Divisi logistik AirAsia, diluncurkan pada 2018, memanfaatkan jaringan penerbangan untuk menyediakan layanan kargo dan e-commerce di Asia Pasifik, dengan hub di Hong Kong, Shanghai, dan Sydney.
-
Layanan Wi-Fi Dalam Penerbangan: Pada 2014, AirAsia menjadi maskapai Malaysia pertama yang menawarkan Wi-Fi di pesawat melalui Tune Box, meningkatkan pengalaman penumpang.
-
Program Loyalitas BIG: Penumpang dapat mengumpulkan poin untuk ditukar dengan tiket gratis, diskon, atau fasilitas tambahan seperti bagasi ekstra.
AirAsia juga menawarkan opsi seperti pemilihan kursi, makanan pra-pesan, dan belanja bebas bea di pesawat, memberikan fleksibilitas bagi penumpang dengan anggaran terbatas. Maskapai ini telah memenangkan gelar “World’s Best Low-Cost Airline” dari Skytrax selama 14 tahun berturut-turut (2009-2022), sebuah bukti komitmennya terhadap kualitas dan nilai.
Jaringan dan Destinasi
AirAsia mengoperasikan 180 penerbangan harian, dengan AirAsia X menambahkan 21 penerbangan jarak jauh, menghubungkan 165 destinasi di 25 negara, termasuk Malaysia, Thailand, Indonesia, Filipina, India, Tiongkok, Jepang, dan Australia. Hub utama berada di Bandara Internasional Kuala Lumpur (KLIA 2), dengan hub tambahan di Kota Kinabalu, Penang, Johor Bahru, dan Kuching. Anak perusahaan seperti Thai AirAsia, Indonesia AirAsia, dan Philippines AirAsia memperkuat kehadiran regional, sementara AirAsia X menawarkan penerbangan jarak jauh ke destinasi seperti London (melalui hub Timur Tengah yang direncanakan) dan Australia. Pada Juli 2025, AirAsia mengumumkan rencana untuk membuka hub di Teluk Persia, dengan Ras Al Khaimah dan kota di Arab Saudi sebagai kandidat utama, untuk mendukung konektivitas ke Eropa.
Tantangan dan Kritik
Meskipun sukses, AirAsia menghadapi sejumlah tantangan. Pandemi COVID-19 berdampak besar, memaksa penundaan rute internasional dan penutupan sementara beberapa hub, seperti di Cebu pada Oktober 2024. Beberapa penumpang mengeluhkan penundaan penerbangan, seperti yang diungkapkan dalam unggahan di X tentang penerbangan KUL-UPG yang tertunda berjam-jam tanpa kompensasi memadai. Pengalaman pelanggan juga bervariasi, dengan keluhan tentang pelayanan kru kabin yang kurang ramah dan kebijakan bagasi ketat, seperti biaya tambahan $23 per kg untuk bagasi kabin melebihi 7 kg.
Selain itu, kebijakan seperti biaya pembatalan dan penanganan bagasi yang kurang hati-hati juga mendapat kritik. Meski begitu, AirAsia terus berupaya meningkatkan layanan, seperti memperkenalkan livery khusus untuk merayakan penghargaan Skytrax ke-16 pada 2025.
Dampak dan Masa Depan
AirAsia telah mengubah lanskap penerbangan di Asia dengan membuat perjalanan udara terjangkau bagi jutaan orang. Dengan lebih dari 200 pesawat dan 21.000 karyawan, maskapai ini tidak hanya menghubungkan kota-kota besar tetapi juga daerah terpencil, mendukung pariwisata dan perdagangan. Investasi baru, seperti pembelian 50 pesawat Airbus A321XLR senilai $12,25 miliar pada Juli 2025, menunjukkan komitmen AirAsia untuk memperluas jangkauan jarak jauh dengan efisiensi bahan bakar yang lebih baik.